Potret Sekolah Anak Nelayan
Kami Sekolah karena punya cita-cita
Sinar matahari pagi kala ini itu begitu indah menyongsong semangat pagi
dari pintu masuk peraiaran Sumatera Utara. Di pinggiran kota dan
ditengah pantai berpercikan air yang kala menerpa bila menaiki perahu
sebagai sarana transportasi sehari-hari.
Kampung Nelayan yang memiliki kurang lebih ratusan Kepala Keluarga ini
lebih besar pekerjaan utamanya merupakan sebagai nelayan, dan tidak
sedikit yang memilih menyeberang untuk menyambung kehidupan. Begitupun
kehidupan yang sehari-hari kebanyakan mereka habiskan di tepi laut.
Sebagai anak nelayan, anak-anak mereka juga harus merasakan pendidikan
seperti anak-anak lain umumnya, karena pendidikan tidak memandang anak
siapakah? dari manakah? dan apa pekerjaan orang tuanya? tapi pendidikan
itulah yang menjadi kewajiban anak dan tanggung jawab dari orang tua.
Begitupun banyak cita-cita yang dimiliki anak nelayan tersebut, baik ingin menjadi polisi, dokter bahkan ustadz ataupun guru. Karena banyaknya pemikiran keluarga yang lebih mementingkan untuk
bekerja, jadi tidak banyak juga anak-anak di daerah kampung nelayan
tersebut tidak bersekolah bahkan menyikapi "Sekolah atau tidak tetap
saja jadi Nelayan". bahkan ungkapan tersebut terlontar dari para orang
tua.
Namun bagi anak-anak yang orang tuanya lebih mementingkan nasib anaknya
kedepan mereka tetap menyekolahkannya. hal yang peling terbebani mereka
merupakan kendala mahalnya pendidikan, namun di kampung nelayan ada
salah satu sekolah milik pemerinta yang terletak di desa kampung
seberang dengan jumlah enam (6) kelas dan sebanyak kurang lebih 150
siswa yang orang tuanya beberapa bekerja sebagai nelayan.
Beberapa murid juga harus menyeberang menuju sekolah untuk beberapa
murid yang rumahnya berada di desa seberang kanan. Namun untuk murid
yang menyeberang pemerintah telah menyediakan perahu khusus untuk anak
sekolah menyeberanga dari desa ke desa lain ataupun ke pinggir pantai.
Sekolah Dasar impian
SD Negeri 068009 Belawan, Kampung Nelayan Lingkungan XII Belawan I
tereletak di desa seberang, jarang untuk menempuh ke sekolah apabila
dari pinggir pantai harus menaiki perahu boat yang berada di dermaga
pantai dengan ongkos sebesar Rp 4000 sekitar 15 menit. Melihat sekolah milik pemerinta lain pada umumny, mungkin untuk sekolah
yang satu ini kondisinya sangat memperihatinkan. Sudah tiga kali
pergantian Kepala Sekolah dan Kepala Sekolah yang ketiga ini merupakan
harapan besar bagi para guru yang setalah 20 tahun mengejar di sekolah
tersebut.
Kondisi kelas yang masih tidak memilki layak kenyaman belajar mengajar
pada umumnya, baik dari langit-langit ruangan ditambah lantai halaman
dari papan yang biasanya untuk bermain anak-anak berlubang karena
termakan usia.
masih banyak juga murid yang tidak mengenakan sepatu. |
Keadaan halaman sekolah yang beralaskan papa terlihat berlubang dan bahkan ada lubang yang lebih besar dari foto tersebut. |
Seorang murid melihat temannya melalui dinding kelas yang berlubang, namun saat ini lubang tersebut telah ditutup menggunakan triplek. |
suasana belajar mengajar di kelas yang terlihat dari dinding kelas yang berlubang. |
Tidak hanya itu, sejak awal dibangun sekolah tersebut, hanya ada beberapa perbaikan ringan saja, namun upaya telah diperbuat sekolah untuk mendapatkan perbaikan.
suasana sekolah saat melakukan upacara Hari Pendidikan Nasional |
Dua murid kelas lima dan enam menaikan bendera saat upacara memperingati Hari Pendidikan Nasional di halaman sekolah. |
Sejumlah murid yang bersiap untuk turun setelah menyeberang menggunakan perahu motor |
suasana belajar mengajar di ruangan kelas |
sejumlah murid melintas dermaga kayu yang menjadi lintasan jalan setiap harinya oleh warga desa seberang kampung nelayan Belawan |
seorang murid mencari buku yang masih bisa digunakan untuk menjadi tambahan belajar dirumah |
Foto-foto diambil pada Tahun 2014 dan 2016
Dan pada tahun 2016 ini Kepala Sekolah SD 0608009 mengatakan akan ada perbaiakan halaman yang tadinya beralas papan akan diperbaiki menggunakan beton, serta ada sedikit perbaikan pada atap-atap kelas yang telah usang dimakan usia.
Foto: Suhairy Tri Yadhi 2016
copyright 2015-2016
Comments
Post a Comment
Silahkan berikan komentar yang membangun Blog ini