Sungai Deli
"Kembalikan sungai deli sebagai potensi utamanya yang mengalir dari dulunya sebagai transportasi sungai para pedagang dan masyarakat."
Mungkin inilah segelintir yang terbenak dipemikiran para RELAWAN dan masyarakat peduli sungai deli pada umumnya,
"jadikan dan ukir kembali sejarah sungai deli, baik disektor wisata maupun sejarahnya"
Peradaban Sungai Deli di Kota Medan
Sungai Deli merupakan jalur transportasi perdagangan yang penting. Sungai ini disebut dalam beberapa literatur yang memiliki keindahan. Airnya yang segar pernah dilintasi kapal-kapal layar berukuran sedang. Sungai yang menghubungkan tiga kabupaten, yakni Karo, Medan, dan Deli serdang kini tidak bisa lagi dilayari kapal karena pendangkalan dan banyaknya sampah, serta mulai tercemarnya air dari hulu hingga ke hilir sungai. Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Salingatau Sei Kera.
Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei. Namun tidak begitu baik untuk pertanian, disini lah sungai deli dan sungai sungai lainnya di kota medan berperan dalam irigasi dalam perkebunan tembakau di kota medan dan menjadi komoditi yang di banggakan.
Dalam hal ini Go River Indonesia membuka dan memberi kesempatan bagi para RELAWAN yang ingin memberikan ide pikiran, tanggapan, serta tindakan untuk perubahan terhadap sungai deli kedepannya.
Dalam penerimaan relawan baru sendiri, go river Indonesia selalu mengutamakan potensi atau bakat yang dimiliki para relawan masing-masing, bukan bicara soal apa masalah pada sungai deli sendiri, hal ini diutarakan agar tidak terjadi sebuah program yang terlaksanakan dapat berjalan bertahap sesuai jangka watu. Melihat sungai deli sendiri yang semakin hari kian memprihatinkan keadaannya, dan dalam konten ini, seharusnya pihak pemerintahlah yang turun tangan dalam situasi ini, tapi menunggu tangan tersebut itu mustahil karena sudah bertahun-tahun kondisinya malah kian murung dan mulai menghilang terus menerus sejarah yang dimilikinya.
Konten go-river terbentuk karena adanya kesadaran dari masyarakat dengan membentuk komunitas yang bernamanakan peduli sungai deli agar telihat kedepannya sungai deli bisa menjadi salah satu idaman kota dengan jarak sungai kurang lebih sepanjang 80km.
Saya yang juga baru memulai bergabung dengan go-river Indonesia melihat komunitas sosial seperti ini seharunya memiliki lebih lagi dorongan untuk membangkitkan kembali sungai deli, karena nantinyapun kembalinya sungai deli bukan muluk-muluk untuk kepentingan komunitas saja, melainkan untuk semua masyarakat baik dibantaran sungai deli maupun masyarakat kota Medan.
Aktivitas di Sungai Deli
Seharian di dermaga go river, ada beberapa aktivitas yang terlihat dari mata saya, baik dari memancing, maupun jadi tempat bermain untuk anak-anak.
Foto tersebut merupakan salah satu bahwasanya sungai deli dapat dijadikan ruang bermain untuk anak-anak dengan tambahan untuk mereka yang bisa berenang, mungkin mereka beranggapan untuk ke kolam berenang harus mengekuarkan uang.
Aktivitas Relawan GO-River Indonesia yang berlatih mengayuh sampan melawan arus sungai deli, di dermaga go river, Avros Medan, Minggu (23/10). foto/suhairy tri yadhi. |
Comments
Post a Comment
Silahkan berikan komentar yang membangun Blog ini